Senin, 16 Juli 2007

Teknologi Wi Fi


Wi-Fi: Pasar Lebih
Menentukan
Teknologinya telah tersedia, alternatif pemanfaatannya pun bervariasi. Akankah Wi-Fi menjadi pilihan publik?
Teknologi wireless local area network (WLAN) atau disebut juga Wi-Fi (wireless fidelity) saat ini telah tersedia, baik yang berstandar 802.11b yang lebih dulu popular dan banyak didukung pembuat perangkat (laptop, PDA, ponsel dan lainnya) maupun 802.11a, 802.11g yang baru dikeluarkan. Atau yang sekarang ini tengah dimantapkan, yakni 802.16 (WiMax – Worldwide Interoperability for Microwave Access) yang berskala dunia.

Di Indonesia insiatif pengembangan Wi-Fi hotspot, selain dilakukan secara terpisah, seperti yang dilakukan Telkomsel, CBN dan yang lainnya, juga tengah digalakkan oleh sebuah konsorsium: Indonesian Wi-Fi Consortium. Konsorsium yang terbentuk September 2003 lalu ini didukung oleh sejumlah perusahaan besar, di antaranya: Acer Indonesia, CBN, Cisco System Indonesia, Intel Indonesia Corporation, Microsoft Indonesia, Polaris.Net, serta Elexmedia Komputindo.

Konsorsium ini diharapkan mampu mendorong peningkatan ketersediaan Wi-Fi hotspot di Indonesia dari sekarang ini ke depan. Selain untuk semakin berkembangnya bisnis pengelolaan Wi-Fi hotspot, juga sekaligus sebagai nilai tambah layanan lainnya, seperti kafe, bandara maupun hotel.

Peningkatan perkembangan Wi-Fi hotspot di Indonesia, tentu sejalan dengan pertumbuhan secara umum di kawasan Asia Pasifik. Laporan IDC (International Data Corporation) yang dikeluarkan awal Desember 2003 lalu, menunjukkan bahwa layanan Wi-Fi hotspot tumbuh secara konstan dalam 18 bulan belakangan ini. Jumlah pelanggannya pun meningkat 13 kali lipat antara kurun waktu 2002-2003.

Sampai Juni 2003, menurut IDC tercatat sekitar 400.000 pelanggan di seluruh Asia-Pasifik (di luar Jepang), dan menghasilkan pendapatan sebesar 13 juta dolar AS. Hingga akhir 2003 lalu, tak kurang 700 ribu pelanggan telah memanfaatkan Wi-Fi hotspot dan menghasilkan pendapatan total sekitar 44 juta dolar AS. Sampai tahun 2008, basis pelanggan WLAN publik ini diperkirakan bisa mencapai 7 juta dengan pendapatan total lebih dari 600 juta dolar AS.

Irfan Setiaputra, Managing Director PT Cisco System Indonesia
Pemanfaatan teknologi Wi-Fi ini tak semata-mata hanya untuk pengguna publik seperti di kafe, restoran, hotel, bandara dan lainnya. Melainkan, banyak juga penggunaan untuk kepentingan korporasi. Survei yang dilakukan InfoTech, perusahaan riset berbasis di New York, bahwa sekitar 45% perusahaan Amerika telah menerapkan jaringan tanpa kabel Wi-Fi ini, meningkat dari hanya 17% tahun 2001, dan 33% tahun 2002. Belakangan, teknologi yang sama juga diterapkan di rumah-rumah sakit, industri manufaktur dan industri lainnya.

Contoh lain yang juga cukup menarik adalah penerapan WLAN di lingkungan Microsoft, yang tak hanya diterapkan di lingkungan 70 gedung di Redmond, melainkan juga di 23 lokasi di mancanegara. Penerapannya dimulai ketika tahun 2001, Microsoft mencanangkan suatu pilot project dengan 600 pengguna, yang kemudian diputuskan untuk diterapkan secara menyeluruh. Selain teknologinya aman dan mudah dikelola, Microsoft tak segan-segan menghabiskan 9 juta dolar AS untuk penerapan jaringan WLAN ini yang ditujukan untuk melayani sekitar 35 ribu karyawannya di seluruh dunia.

Selain itu, Cisco System sendiri, yang banyak terkait dengan teknologi ini, juga telah menerapkannya untuk seluruh karyawan yang tersebar di mancanegara. Begitu juga Qualcomm yang menyediakan sekitar 1.500 kartu PCMCIA dan 628 laptop berkemampuan Wi-Fi untuk mendukung jaringan tanpa kabel yang dibangunnya. Masih banyak perusahaan-perusahaan lainnya yang telah menerapkan teknologi tersebut.

Seperti diakui Irfan Setiaputra, Managing Director PT Cisco System Indonesia, bahwa sebenarnya, perkembangan penerapan teknologi WLAN ini terjadi baik di sektor korporat maupun konsumen publik. Hanya saja, perkembangan di sektor konsumen publik ini yang terasa lebih luas dan juga didukung oleh vendor perangkat keras dengan berbagai produk yang bervariasi, mulai dari laptop, PDA, PC maupun ponsel yang berkemampuan Wi-Fi.

Di Indonesia, para pengguna Wi-Fi masih terbilang baru, dan mulai awal tahun 2004 inilah terasa ada peningkatan perhatian yang besar untuk memanfaatkan teknologi Wi-Fi, baik di lingkungan rumah, korporat maupun tempat-tempat publik.

Berbagai pertimbangan masih menjadi alas an di antara mereka-mereka yang akan menerapkan teknologi Wi-Fi ini, khususnya di lingkungan korporat. Baik itu menyangkut kematangan teknologi, standarisasi dan security. Begitu juga, dukungan berbagai perangkat yang Wi-Fi enabled, karena hal itu terkait dengan pengembangan sistem dan besarnya investasi yang bakal ditanamkan.

Dalam konteks ini, Irfan mengemukakan bahwa secara teknologi, Wi-Fi telah sampai pada kematangannya, begitu juga security-nya, ditambah lagi dengan dikeluarkannya standar 802.11g yang bekerja pada frekuensi 2,4 GHz dengan kecepatan transfer data sebesar 54 Mbps. “Secara fakta teknologinya sudah cukup matang. Yang sekarang ini ada lebih merupakan persepsi,” ujar Irfan menambahkan.

“Selama ini, kita kan bertahun-tahun berada di lingkungan kubus tertentu kalau bekerja. Jika pun pindah ke ruangan lain, namun tempat itulah yang menjadi lokasi di mana kita bekerja. Kita juga tidak bisa mengerjakan pekerjaan kita di ruang lain, karena PC kita ada di ruang kerja. Kalau pun bawa laptop, tak bisa terhubung ke Internet, kecuali di tempat-tempat tertentu, karena aksesibilitasnya memang terbatas,” tambah Irfan.

“ Nah, dengan adanya teknologi Wi-Fi ini kita bebas bekerja di mana dan dari mana saja selama aksesibilitasnya terjangkau. Pergerakan kita dari satu ruang ke ruang lain, meski dalam satu gedung, tak terbatasi oleh ketersediaan jaringan kabel,” ujar Irfan menambahkan. Kalau pun berada di luar kantor, kegiatan bisnis tetap bisa dilakukan. Begitu juga akses ke jaringan intranet perusahaan dapat dilakukan sambil minum kopi di kafe, bandara atau lobi hotel.

Sebaliknya, penerapan di lingkungan korporasi, tentu didasarkan pada adanya keperluan yang tepat dan strategis. Keperluan untuk mengubah lay-out tempat kerja, atau karena adanya keperluan di tempat yang berbeda, seperti di ruang meeting atau conference room yang ada di lantai yang berbeda dalam suatu gedung misalnya, teknologi Wi-Fi inilah solusinya.

Belakangan ini, di lingkungan front office suatu perbankan pun tampaknya dibutuhkan inovasi melalui penerapan teknologi Wi-Fi ini. Misalnya, para petugas front office tak hanya terpaku di meja kerjanya, melainkan dapat mendatangi nasabahnya di tempat yang lebih nyaman, yang jauh dari meja kerjanya. Dengan berbekal laptop yang Wi-Fi enabled, si petugas dapat melayani nasabahnya sambil ngobrol, tetapi data dan informasi yang dibutuhkan tetap dapat dengan mudah diakses tanpa harus bolak-balik dari tempat nasabah ke meja kerjanya, meski masih dalam satu gedung.

Begitu juga dengan hotel, yang dapat menerapkan teknologi ini secara lebih luas, mulai dari resepsionis, kafe, restoran hingga ke kamar dan bahkan business room dan layanan lainnya. Begitu juga kegiatan administratif yang selama ini terpaku oleh ketersediaan jaringan kabel. Diharapkan hal itu akan mendorong produktivitas, peningkatan pelayanan dan penghematan biaya.

Contoh lain yang menarik adalah aplikasi Wi-Fi di gerai Ramayana, yang menurut Irfan merupakan contoh kasus bagaimana Wi-Fi mampu memberi solusi. Ramayana menerapkan teknologi Wi-Fi ini lebih karena kebutuhan untuk memudahkan menata lay-out gerainya untuk setiap kali dilakukan perubahan, termasuk memindah-mindahkan lokasi kasir, tanpa diribetkan dengan masalah jaringan kabel.

Pemanfaatan teknologi Wi-Fi ini, sebagai andalan dalam membangun jaringan tanpa kabel untuk berbagai kebutuhan, tampaknya tak hanya menyangkut public WLAN atau Wi-Fi hotspot saja. Melainkan juga penggunaannya di lingkungan rumah, yang dapat mengakomodasi jaringan tanpa kabel baik untuk ponsel, PC, laptop dan juga PDA.

Selain teknologi Wi-Fi ini, teknologi wireless lain, misalnya Bluetooth juga semakin banyak digunakan. Meski masih dalam tahap awal penerapannya, namun Ignatius Winarto, Country Manager Lexmark International, mengakui bahwa teknologi tanpa kabel ini, baik Wi-Fi maupun juga Bluetooth, nantinya akan semakin banyak digunakan. Sekarang ini, tambahnya, berbagai perangkat elektronik, seperti printer, lemari es, dan bahkan perangkat hiburan pun telah menerapkan teknologi tersebut. Tapi, ke depan, jaringan tanpa kabel akan semakin dibutuhkan.

Itu pula mengapa, berdasarkan berdasarkan laporan riset diketahui bahwa lebih dari 80% pengguna teknologi WLAN yang sekarang ini akan terus mengembangkan jaringannya dalam tahun-tahun mendatang. Setidaknya, gambaran ini semakin menunjukkan bahwa penerapan teknologi Wi-Fi telah semakin luas dan dipercaya mampu memberi solusi bagi berbagai kebutuhan, baik banyak orang di lingkungan korporasi maupun lokasi publik, dan juga di rumah.

Namun, perkembangan ini tetap masih menyisakan pertanyaan “akankah Wi-Fi menjadi pilihan yang semakin mantap, atau sebaliknya akan terpuruk sebagaimana fenomena dot-com beberapa tahun lalu?” Who knows? •Insa






Selasa, 10 Juli 2007

Kebersamaan tiada pernah terputus

sorry ..........this for testing !!!